LONDON – Partai puncak Piala FA musim ini benar-benar di luar dugaan. Dalam final yang digeber di Stadion Wembley, 15 Mei mendatang, juara bertahan Chelsea bakal menghadapi Portsmouth, klub yang baru saja terdegradasi ke The Championship (kasta kedua Liga Inggris). Portsmouth ke final setelah mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0 di Wembley kemarin dini hari.
Jalan yang ditempuh Pompey –sebutan Portsmouth– untuk mendapatkan tiket final begitu terjal. Mereka harus melakoni babak tambahan waktu 2 x 15 menit lantaran hingga waktu normal habis tidak ada gol yang tercipta.
Baru pada menit kesembilan babak tambahan pertama, Pompey membuka skor lewat Frederic Piquionne. Setelah itu, Kevin Prince Boateng menggandakan keunggulan lewat eksekusi penalti pada menit ke-117.
“Ini hasil yang gila, benar-benar gila,” ucap Avram Grant, pelatih Pompey, seperti dilansir AFP. “Mengingat apa yang terjadi sepanjang musim ini, ditambah beberapa pemain inti kami cedera menjelang laga, kemenangan ini sulit dipercaya. Pemain sudah memberikan semua yang mereka bisa dan tidak mau menyerah sampai akhir,” pujinya.
Bagi Portsmouth, lolos ke final Piala FA menjadi penyelamat martabat klub di tengah terjalnya perjalanan mereka musim ini. Tidak hanya terdegradasi dari Premier League, klub milik Balram Chainrai itu masuk administrasi liga karena tidak bisa membayar tunggakan utang.
“Hasil ini sangat berarti buat semua orang di Portsmouth,” kata David James, kiper Pompey, seperti dilansir Goal. “Terdegradasi sangat menyakitkan. Tapi, para pemain memantapkan diri di ruang ganti dan bermain luar biasa hari ini. Kami memang berhak ke final,” lanjutnya.
Portsmouth sesungguhnya tidak bisa menerjunkan skuad terbaik. Gelandang serang Jamie O’Hara tidak bisa main lantaran berstatus pinjaman dari Spurs. Sedangkan defender Nadir Belhadj cedera saat latihan terakhir. Hingga menit-menit menjelang kickoff, Grant menyatakan belum memastikan siapa yang harus bermain.
Dengan kondisi musuh yang compang-camping, Tottenham pun mendominasi laga. Mereka menciptakan peluang melalui duet Peter Crouch dan Jermain Defoe yang notabene adalah mantan pemain Portsmouth. Total, Tottenham membukukan 16 tembakan ke gawang Porstmouth dan 20 tendangan sudut.
Namun, Piala FA adalah satu-satunya trofi yang bisa diperjuangkan Pompey. Tidak heran kalau Boateng dkk berjuang habis-habisan. Didukung kekuatan mental dan motivasi besar, mereka akhirnya memenangi babak tambahan dan lolos ke puncak. Ketika peluit panjang berbunyi, suporter membentangkan spanduk bertulisan “Kau bisa menghancurkan apa saja, kecuali spirit kami”.
Di sisi lain, pelatih Tottenham Redknapp mengungkapkan, jeleknya rumput lapangan Wembley menjadi penyebab kekalahan timnya. Dia bilang, banyak sekali pemainnya yang terpeleset kala tengah mendribel bola. Redknapp menonton semifinal lain antara Chelsea dan Aston Villa Sabtu malam (10/4) dan melihat kiper gagal mengantisipasi bola karena lapangan terlalu licin.
“Saya tidak berusaha mencari kambing hitam atas banyaknya peluang kami yang sia-sia. Tapi, rumput stadion ini benar-benar memalukan,” kecam Redknapp seperti dikutip Sky Sports.
“Saya tahu, Pompey juga bermain di atas lapangan yang sama dengan kami. Tapi, bagaimana kami bisa main kalau berdiri saja sulit? Pemain saya lebih fokus menjaga gerakan agar tidak jatuh daripada menyusun serangan. Pasti ada yang salah kan?” beber ayahanda mantan kapten Liverpool Jamie Redknapp tersebut.
Apa pun alasan Redknapp, Porstmouth-lah yang akhirnya akan menantang Chelsea pada final di Wembley 15 Mei nanti. Status finalis Piala FA menjadikan Pompey sebagai klub Championship pertama yang melangkah ke kompetisi Eropa musim depan. (na/c10/ca)
0 komentar
Posting Komentar